Hari itu 26 September 2003. Protokol di dalam acara makan malam, tidak begitu ketat. Dalam arti, kecuali Mega dan Khadafy yang duduk satu meja, anggota rombongan bebas mencari tempat duduk yang kosong.
Acara makan malam itu juga tidak secara khusus diselenggarakan untuk Presiden RI. Sebab pada saat yang sama Khadafy juga menjamu seorang presiden dari sebuah negara di Afrika. Sehingga di meja makan utama terdapat tiga orang VVIP yaitu Khadafy, Mega dan presiden lainnya dari Afrika hitam.
Makan malam diakhiri dengan pertunjukan kesenian. Sekitar pukul 23:00 waktu Tripoli, rombongan kembali ke hotel. Yang cukup mengejutkan, Khadafy juga ikut mengantar Megawati sampai ke hotel. Melihat gelagat Khadafy semula kami menduga, ia hanya mengantar Mega sampai ke pintu gerbang. Tapi ternyata, tidak. Sangat jarang, seorang presiden tuan rumah mengantar tamunya hingga ke hotel.
Bukan hanya itu, Khadafy juga ikut naik ke kamar Megawati menginap di Presidential Suite. Semula semua rombongan mengira, Khadafy hanya sampai ke pintu kamar Presiden Mega. Tapi lagi-lagi perkiraan itu salah. Sebab Khadafy masuk kamar tamu Megawati dan terjadilah pembicaraan lanjutan yang isinya tidak pernah diungkapkan.
Gara-gara Khadafy masih berada di dalam hotel, padahal sudah larut malam, semua rombongan pun belum ada yang mau beranjak ke kamar masing-masing. Namun setelah lewat tengah malam dan rasa mengantuk mulai menggelayut, maka satu persatu para anggota rombongan berpisah, menuju ke kamar masing-masing.
Keesokan paginya, saat makan pagi di coffee shop, pertemuan tengah malam antara dua presiden itu, menjadi salah satu topik pembicaraan para anggota rombongan. Ada yang membahasnya secara serius, tapi ada juga yang secara berkelakar.
Hanya memang mereka yang terlibat dalam pembahasan itu, tak satupun yang melihat dengan mata kepala sendiri, bagaimana suasana berduaan antara Mega dan Khadafy di malam hari itu. Serta tidak ada yang tahu, pukul berapa pertemuan itu berakhir?
Yang serius misalnya mengatakan, kemungkinan Megawati memberi info kepada Khadafy tentang pertemuannya dengan Presiden AS, George Bush ketika berdua jumpa di New York.
Ada juga yang bercanda, Khadafy berani masuk ke kamar Megawati, sebab pada waktu itu Taufiq Kiemas, suaminya Mega tidak ikut serta dalam rombongan.
Protokol memberi tahu bahwa Presiden Mega akan menemui Khadafy lagi untuk pamit, sekitar pukul 10:00. Pertemuan diperhitungkan hanya akan berlangsung sekitar 10 menit. Semua bagasi sudah harus siap diangkut protokol, begitu rombongan menuju ke tempat Khadafy.
Memang benar, setelah masuk ke Istana Kadafy, hanya beberapa menit kemudian, Mega sudah diantar Khadafy menuju ke kendaraan. Kelihatan mereka berbicara serius didampingi pengawal dan penterjemah.
Sebelum Mega masuk kendaraan mereka bersalaman. Tapi saat menuju ke pintu gerbang keluar, rombongan Mega secara tiba-tiba kemudian berbelok secara cepat ke arah sebuah tenda. Saking tiba-tibanya, bunyi ban kendaraan terdengar seperti kendaraan polisi yang berbelok tiba-tiba mengejar penjahat.
Di bawah tenda itu terdapat ruang bawah tanah (bunker) tempat Khadafy berkantor ataupun beristirahat. Ternyata di sana Mega dan Khadafy mengadakan pertemuan lagi. Mega didampingi antara lain Menko Polkam Susilo Bambang Yudhoyono.
Setelah pertemuan kurang lebih setengah jam, Yudhoyono lebih dulu bergegas keluar. Ia menuju ke kerumunan wartawan Indonesia. Dengan mimik yang tidak puas, Yudhoyono mengutarakan kekecewaannya karena Presiden Mega kurang tegas dalam menyampaikan sesuatu yang menjadi kepentingan Indonesia.
Saat itu belum ada yang tahu bahwa sembilan bulan lagi Yudhoyono akan mencalonkan diri selaku Presiden RI, menantang Megawati, (bekas) atasannya dalam Pilpres 2004.
Megawati berada di Tripoli hanya sekitar 18 jam. Tapi waktu yang singkat dimanfaatkan Khadafy untuk bercengkerama dengan Mega relatif cukup banyak, melihat jumlah pertemuan mereka sampai 4 kali.
Dari 4 pertemuan itu, Mega maupun Khadafy tidak banyak mengungkapkan inti pembicaraan mereka. Selain mengatakan bahwa yang dibahas adalah perang melawan terorisme. Kalau boleh melakukan flashback, tak bisa membayangkan, bagaimana reaksi Khadafy atas topik tersebut, apabila Mega terlebih dahulu mengangkatnya sebagai bahan diskusi.
Sebab hingga tahun itu, Khadafy oleh sementara pemimpin dunia, masih dianggap sebagai bagian dari pemasok dana untuk para teroris.
Yang jelas dan pasti pasca-pertemuan Mega dan Khadafy yang berlangsung hampir delapan tahun lalu itu, menghasilkan beberapa kejutan. Di antaranya Megawati dikalahkan Yudhoyono dalam Pilpres 2004. [habis/mdr]
sumber :http://www.inilah.com/read/detail/1273852/tengah-malam-berdua-megawati