Ritual Payudara Umbul Manding sumber air bersih yang ada di Desa Semanding, Keca. Pucanglaban, Kab. Tulungagung, Jawa Timur. Sejak dulu debit air di tempat ini memang besar. Bahkan, saat kemarau panjang sekalipun, umbul ini tak pernah kekurangan air.
Karena debit airnya yang relatif besar dan bersih, maka sumber air ini sejak dulu dimanfaatkan warga Desa Semanding dan sekitarnya. Terutama untuk masak, mandi, mencuci, bahkan untuk mengairi sawah. Maklum saja, Umbul Manding memang berada di daerah pegunungan yang amat sulit air.
Adakah rasa kikuk atau malu pada diri mereka? Mungkin karena sudah menjadi kebiasaan, maka tidak ada yang merasa malu jika dilihat orang, terutama lawan jenis. Bahkan kalau kaum perempuan sedang mandi mereka sama sekali tidak perlu merasa repot menyembunyikan payudaranya. Bahkan, ada kesan payudara itu sengaja dipamerkan.
Bagi warga pendatang yang belum terbiasa, kalau mandi di Umbul terpaksa menutupi payudaranya. Salah satunya seperti dialami Darsini, seorang guru SD yang ditugaskan mengajar di daerah itu.
“Tidak tahu kenapa, tapi mungkin karena kebiasaan, sekarang kalau mandi saya ikut dengan warga. Semuanya pamer payudara,” kata Bu Darsini sambil tersenyum. Walau didekatnya ada Pak Guru dia tidak merasa malu lagi. “Biarin, dari pada dilihat orang lain, lebih baik dilihat teman sendiri,” selorohnya.
Karena ritual mandi telanjang dada ini, maka siapa saja yang kebetulan lewat bisa melihat dengan jelas payudara wanita-wanita desa setempat.
Karena masih percaya dengan adat dan kepercayaan tersebut, jumlah wanita di sana yang tidak bisa menyelesaikan pendidikan dasar masih sangat tinggi. Sebab walau masih SD kalau payudaranya sudah kelihatan besar langsung ditikahkan. Umumnya orang tua disana merasa malu kalau punya anak perawan yang payudaranya sudah kelihatan besar, tapi belum menikah.
Anehnya lagi, bagi yang sudah tidak perawan, pulang mandi dari umbul selalu telanjang dada.
“Nanti kalau tidak telanjang dada malah dikira masih perawan. Padahal anak saya sudah tiga,” kata Yu Sayem ketika minta keterangan oleh Misteri.
Kenapa tempat mandi di Umbul Manding dibiarkan terbuka? Dan, kenapa juga kalau mandi kaum perempuan harus bertelanjang dada?
Rupanya hal ini berkaitan dengan sebuah legenda masyarakat Semanding. Mereka percaya dengan kisah perawan desa yang bernama Srikunti.
Walau Srikunti sudah menjadi guru namun dia tidak berubah. Terhadap siapa saja dia tetap tidak membeda-bedakan. Sehingga banyak orang yang simpati kepadanya. Salah satunya adalah mandor hutan yang bernama Basman. Cinta Basman diterima Srikunti. Keduanya berjanji akan hidup bersama.
Akhirnya setelah menikah, Srikunti diboyong Basman ke rumah orang tuanya yang juga ada di Desa Semanding. Mula-mula penganten ini hidup rukun. Srikunti sendiri waktu itu sudah kerasan hidup di rumah mertuanya.
Tetapi yang namanya hidup berrumah tangga ada saja rintangannya. Suatu ketika Srikunti mendengar kabar kalau suaminya suka mabuk-mabukkan. Walau dia sudah mengingatkan, suaminya tetap saja tidak mau mendengar. Hampir setiap hari Basman malah pulang sempoyongan karena mabuk.
Tidak terasa, sudah begitu lama Srikunti duduk melamun di tepi umbul. Sewaktu dia akan meninggalkan umbul, tiba-tiba dari dalam air muncul seorang puteri yang naik bulus raksasa. Sang putri menghampiri Srikunti.
“Kamu jangan mupus (putus asa) dan harus tetap tabah,” kata puteri itu. “Aku datang mau menolong kamu. Sekarang pulanglah ke rumah orang tuamu. Sediakan bunga tujuh warna. Besok bawa ke sini. Apa yang kamu minta bakal kesampaian,” sambungnya.
Setelah berkata begitu, puteri cantik tadi hilang entah kemana. Yang kelihatan di depan Srikunti tinggal bulus yang tadi dinaiki sang puteri.
Sementara itu, di rumah Basman bingung mencari isterinya. Sudah dicari kemana-mana tapi tidak ada.
Setelah sadar, Srikunti menceritakan apa yang dialaminya. Mendengar kisah Srikunti, muncul kepercayaan dia sudah dibawa pergi siluman Bulus Putih. Sementara, Basman berjanji tidak akan mabuk-mabukan lagi.
Srikunti menjalankan pesan putri gaib yang menemuinya. Dia menyediakan bunga tujuh warna. Setelah itu, dibawa ke umbul dengan ditemani Basman, suaminya.
Keduanya menunggu datangnya sang puteri. Tetapi di tunggu sampai jauh malam sang puteri tak kunjung datang.
Karena tidak ada tanda-tanda sang putri akan datang, Srikunti dan Basman memutuskan meninggalkan umbul. Tetapi baru saja melangkah, tiba-tiba terdengar ada suara yang memanggil mereka.
“Kalau kamu ingin harta banyak jangan tergesa-gesa!” Kata suara dari dalam umbul.
“Kamu siapa?” Tanya Srikunti.
“Saya siluman Bulus Putih yang menunggu Umbul Manding.”
“Kalau kamu ingin kaya, jaga umbul ini supaya sumbernya tetap besar!” Kata sang putri lagi.
“Bagaimana caranya?” Tanya Srikunti.
“Caranya gampang. Semua wanita yang di sini kalau mandi jangan ada yang menutupi payudara. Sebab, kalau ada yang berani menutupi payudaranya, siluman Bulus Putih akan marah.”
Setelah memberi pesan demikian, sang putri menghilang.
Ya, karena masih banyak yang percaya, sampai sekarang masih banyak orang yang ngalap berkah ke Umbul Manding. Apa lagi kalau malam Jum’at Legi, banyak warga luar Desa Semanding yang datang. Mereka melakukan ritual pamer payudara.
Pemandangan unik bisa saja kita saksikan. Selepas mandi dari Umbul Manding, banyak yang pulang dengan telanjang dada. Payudaranya dibiarkan dilihat orang.
http://unic77.blogspot.com/2010/10/ritual-aneh-memamerkan-payudara-di.html